BRPSDI News - Kuda laut merupakan biota yang diperdagangkan untuk konsumsi lokal ataupun sebagai komoditas ekspor dan sudah masuk dalam Appendiks II CITES. Populasinya di alam ada kecenderungan semakin menurun diakibatkan penangkapan berlebih dan kerusakan habitat. Data mengenai populasi dan stok diperlukan untuk menentukan statusnya dalam CITES ataupun status konservasinya (threaten/not threaten). Penelitian kuda laut di Indonesia masih terbatas.
Jumat, 13 Agustus 2021, BRPSDI mengadakan kegiatan sharing session dengan narasumber Dr Adam Lim yang merupakan regional focal point dari IUCN Species Survival Commission (SSC) Seahorse, pipefish, and seadragon di wilayah Asia Tenggara. Kegiatan sharing session dibuka oleh Kepala BRPSDI dan dihadiri oleh peneliti lingkup BRPSDI dan tim riset dari Malaysia. Dalam kesempatan ini peneliti BRPSDI, yakni Masayu Rahmia Anwar Putri mempresentasikan tentang “Seahorse Population in Indonesia”.
Menurut Masayu Rahmia Anwar Putri, berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian BRPSDI tahun 2016, sedikitnya dapat ditemukan 12 spesies kuda laut di sebagian besar perairan Indonesia. Populasi kuda laut dapat ditemukan di berbagai ekosistem yang berbeda, seperti lamun, terumbu karang, makro alga, pecahan karang dan pasir, serta ekosistem mangrove. Berbagai ancaman dihadapi populasi kuda laut seperti penangkapan berlebihan, kerusakan habitat, dan pencemaran. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk membatasi eksploitasi kuda laut dengan memberikan kuota untuk penangkapan dan perdagangannya yang diputuskan oleh Dirjen Konservasi Somberdaya Alam dan Ekosistem, KLHK.
Menurut Dr. Adam Lim, Indonesia dan malaysia mempunyai masalah yang sama dalam mengelola kuda laut. Peneliti sebaiknya tidak hanya melakukan studi lapangan, tetapi juga harus lebih banyak berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar lokasi penelitian yang lebih mengetahui tentang keberadaan kuda laut. Luasnya wilayah di Indonesia, membutuhkan lebih banyak dana, manusia, serta kekuatan dalam pengelolaan kuda laut, terutama untuk Indonesia yang memiliki wilayah perairan yang luas. Dalam kondisi Covid seperti ini, tim peneliti Malaysia tetap melakukan riset kuda laut. Riset dilakukan secara bertahap, mulai dari menghubungi instansi terdekat terkait kuda laut, dilanjutkan ke instansi-instansi lainnya, kemudian menjalin komunikasi dengan universitas dan masyarakat lokal untuk menelusuri informasi tentang kuda laut. Berbagai alat komunikasi digunakan untuk mengumpulkan data.
Setelah melaksanakan pertemuan dan diskusi, para peneliti mendapatkan informasi serta isu terkini terkait populasi kuda laut khususnya untuk regional asia tenggara serta terjalinnya
komunikasi dan kolaborasi antara BRPSDI dengan IUCN SSC Seahorse, pipefish, and seadragon asia tenggara di masa yang akan datang. Hasil sharing session ini memberikan wawasan yang baru bagi peneliti di BRPSDI untuk terus berkarya meski dalam kondisi pandemi.
Thank you Dr. Adam, see you soon in other meeting!